Kata-kata Mereka... [part 4]


source: hammersmithacademy

You'll fall down at first but then you get it. You'll have to fall down to get the feeling: "Oh, this is how i get up."
- Jeon Jungkook BTS
Kata-kata itu diucapkan oleh Jungkook saat dia mengomentari Taehyung yang sedang belajar flyboarding dan terus menerus terjatuh. Jungkook sudah mencobanya lebih dulu, jadi dia memberikan komentar itu.

Meski kalimat itu dimaksudkan untuk pembelajaran flyboarding, tapi aku menangkapnya dari sisi yang lain. Sebab sejatinya, dalam hal apapun, orang-orang memang seringkali harus merasakan kegagalan dulu, jika tidak dirasakan di awal, maka mungkin di tengah-tengah, atau bahkan akhir perjalanan. Aku membayangkan setiap orang memiliki jatah gagalnya masing-masing, sehingga siapa yang lebih dulu menghabiskan jatahnya itu, maka dia bisa merasa senang karena apa yang dilakukan selanjutnya pasti akan terus berhasil. Selain itu, kegagalan juga tidak hanya memiliki satu sisi gelap saja. Ada sisi terang di sana. Berkat kegagalan, orang-orang akan merasakan bagaimana dia terjatuh, lalu dengan begitu dia akan mulai belajar bagaimana caranya bangkit.

source: artprintimages

it's already been 5 years since we debuted.
just the boys with many dreams.
we had nothing, but we have many things now.
we were only dreaming, but we became a dream of someone.
life is full of choices and regrets.
i'm scared, and so are we.
we dreamed about flying high up in the sky, but it's too high and cold.
it's hard to catch out breath.
the brighter the light on us, the darker the shadow.
what a relief that we have 7 members.
what a relief that we have each other. 
- "what a relief ", a poem by Suga BTS
BTS lagi? wkwk
Puisi ini dibuat dan dibacakan oleh Suga di episode 56 Run BTS. Ditujukan untuk teman-teman yang telah berjuang bersamanya dalam meraih mimpi.
Menurutku, puisi itu sangat apa adanya, namun ada keindahan di sana. Ketika dalam hidup kita bertemu dengan begitu banyak pilihan dan penyesalan, lalu kita menjadi takut untuk melangkah. Ketika impian yang digantungkan sangatlah tinggi, yang bahkan untuk mencapainya rasanya ingin mati saja saking berat perjalanannya. Tapi di atas semua itu, masih ada saja hal yang bisa disyukuri. Bersyukur karena masih ada orang-orang di sekitar kita yang peduli. Bersyukur karena ada keluarga, teman, dan sahabat yang selalu mendukung. Bahkan bersyukur karena partner dalam meraih impian itu selalu ada untuk kita.

source: bigcommerce

I don't think timing is important when you start something. In fact, I think it all starts with comparison. A comparison with someone. A comparison with me in the past. A comparison with me in the future that I had dreamed of. As comparing these things, we seem to make choices. It is better to "regret with trying" than to "regret without trying". And it's less embarrassing for itself later on.
- Park Jinyoung at Thumbs Post Office X GOT7

Kali ini aku ngopas kalimat yang cukup panjang dari Park Jinyoung GOT7. Dia mengatakannya ketika ada penggemar yang bertanya tentang pilihannya dalam memilih pekerjaan. Penggemar itu berkuliah di jurusan yang tidak sesuai dengan pekerjaan impian yang dia incar, jadinya dia baru mulai untuk mempelajari hal-hal terkait pekerjaan impiannya setelah ia lulus kuliah dan bahkan usianya sudah menginjak akhir 20-an. Penggemar itu bingung, apakah pilihannya ini benar? Apakah dia memang harus mengejar pekerjaan impiannya itu, meski telah 'terlambat' begini?
Lalu Jinyoung menjawabnya dengan kalimat di atas.

Kalau boleh curhat, kejadian yang dialami penggemar itu nyaris mirip dengan yang kualami. Meski aku masih awal 20-an, tapi aku bahkan sudah merasa terlambat jika baru mulai belajar tentang pekerjaan impianku. Jika kalian ingin tahu, sejak awal tahun ini, aku merasa ingin menjadi seorang editor. Keinginanku itu pernah mengantarku menjadi trainee editor komik, yang meski setelah tes akhir aku masih belum lolos untuk bisa bekerja profesional dengan perusahaan itu. Tapi, sejak saat itu, aku jadi sadar banyak hal. Bahwa aku memang punya keinginan yang besar di bidang kreatif, tapi di sisi lain, aku masih sangat kaku baik dalam berinteraksi, maupun dalam melaksanakan tugasku. Aku sadar aku belum begitu baik dalam meng-editor-i naskah orang lain. Aku sadar, masih banyak hal yang aku lewatkan--bahkan hal-hal penting yang fatal--sehingga naskah yang keluar dari editorialku masih saja cacat. Dari kekurangan itu, berangkatlah kekurangan-kekurangan lain. Aku yang kurang paham komik, kurang paham budaya jepang, kurang membaca komik aneka genre, kurang bergaul dengan komikus, kurang, kurang, dan kurang. Hingga yang tersisa hanya minus. Pada titik itu, aku bertanya pada diriku sendiri. Benarkah ini impianku? Benarkah jika aku memperjuangkannya? Benarkah jika aku memutuskan untuk menutup mata pada semua kesempatan lain yang tidak sesuai dengan impianku?

Aku sudah pernah melepaskan satu kesempatan setelah mempertimbangkan hatiku yang ingin mengejar impian menjadi editor. Lalu kini datang kesempatan yang lain. Maka haruskah aku melepaskannya lagi? Oh sialnya, karena pada saat seperti ini, suara nuraniku juga jadi meragu. Dia tidak bisa memilih, tidak sanggup memutuskan. Sebab, pilihan selalu datang pertama, dan konsekuensinya datang belakangan. Memang begitu sequencenya.

Mungkin untuk itulah hadir kata "tanggung jawab". Bagaimanapun konsekuensinya, yang terpenting adalah kita tetap harus bertanggung jawab. Tidak ada pilihan yang paling benar, semuanya berpotensi untuk menjadi benar dan menjadi salah, tergantung bagaimana kamu melihatnya. Mungkin tetap saja aku akan terus degdegan, karena tentu keputusanku hari ini akan menjadi fondasi untuk masa depanku. Tapi toh, waktu terus berjalan tanpa menungguku untuk membuat keputusan.

Mengingat perkataan Jinyoung, lebih baik menyesal tapi pernah mencoba daripada menyesal tanpa pernah mencoba. Ya, setidaknya aku harus mencoba. Hasilnya bisa diserahkan kepada yang Maha Mengatur Segalanya :)

Comments