[Review Novel] Confessions - Minato Kanae

sumber: koleksi pribadi

Judul: Confessions
Penulis: Minato Kanae
Penerbit: Penerbit Haru
Tahun Terbit: 2019
Tebal halaman: 304 hlm; 19 cm
ISBN: 978-602-53858-8-9
Genre: Psychological-Thriller
Format: Paperbook
Start-Finish: 17 Mei - 10 Juni 2020

Blurb:
Moriguchi Yuko adalah seorang guru SMP.
Saat anaknya yang berusia 4 tahun ditemukan meninggal, semua orang mengira itu cuma kecelakaan nahas.

Akan tetapi, Moriguchi yakin anaknya dibunuh oleh dua dari anak didiknya.
Karena itu, dia tidak akan membiarkan kedua anak itu bebas. Dia ingin membalas dendam, dan balas dendam yang dia lakukan itu hanyalah awal dari sebuah mimpi buruk...

Review:
Novel yang lumayan gencar dielu-elukan oleh Penerbit Haru ini akhirnya kubeli juga saat Flash Sale. Sedikit penasaran, apakah sensasinya akan seperti saat aku membaca karya Akiyoshi Rikako? Dengan niat ingin melebarkan sayap dengan membaca lebih banyak buku dari beragam penulis, aku akhirnya memilih untuk membaca buku ini dulu di antara tumpukan bukuku.

Aku sempat berhenti membaca ini, merasa kecewa karena ternyata ekspektasiku terlalu tinggi. Karena diawali dengan ceramah dari si wali kelas, aku jadi ikutan ngantuk, layaknya mendengarkan guru yang sedang bercerita di depan kelas. Eh maap wkwk
Tapi, berkat #JuneTBR Reading Challenge dari mbak delasyahma, akhirnya aku memasukkan novel ini untuk tantangan minggu kedua dan alhamdulillah jadinya berhasil kuselesaikan 😁

Saat sampai di halaman terakhir, aku membaca berulang-ulang kalimat terakhir di sana. Setelah itu aku menutup buku dan terdiam beberapa saat.
Entah karena ada distraksi, sempat berhenti membaca, atau memang sedang songong saja, tapi aku merasa novelnya B aja. lol
Nggak ada hal khusus yang tertinggal. Aku harus membuka ulang halaman demi halaman, dan akhirnya bisa menemukan bahan untuk kujadikan review.


Dari segi konsep, jujur ini rapi banget--yang mungkin karena ini pula aku jadi tidak tahu harus menulis apa. Tiap tokoh punya goalnya masing-masing, ada backstory yang realistis dibalik goal itu, dan mereka berjuang meraih goal itu dengan berdasarkan prinsip masing-masing. Kombinasi pergantian POV dan alurnya saling mendukung. Bener-bener rapi deh.

Pertanyaan besarku di awal "kok bisa anak SMP kepikiran untuk membunuh anak kecil?" juga terjawab--dan ini bagian ngerinya. Betapa didikan orangtua itu ngefek ke prinsip yang dipegang sang anak.

Tapi mau tidak mau, aku ingin menghakimi si wali kelas yang sekaligus merupakan keluarga korban. Betapa ekstremnya dia ingin membalas dendam sampai menargetkan resiko ke kehidupan masa depan anak-anak didiknya. Bahkan akibat dari balas dendamnya itu membawa petaka yang memilukan ke pihak-pihak yang (menurutku) tidak bersalah.

Ngeri.

Meski tidak setuju dengan cara Moriguchi Yuko membalaskan dendamnya, kalau dipikir-pikir lagi, mungkin memang itu hanyalah suatu cara yang manusiawi dan paling bisa memberikan efek jera yang benar-benar jera kepada kedua anak didiknya itu. Mengingat kedua anak didiknya itu memang memiliki sifat yang cukup unik. Shuya yang selalu menganggap semua hal disekitarnya adalah sampah kecuali dia dan mamanya. Naoki yang tertekan karena ibunya selalu ingin membanggakannya padahal dia sadar dia hanya sedikit di atas rata-rata. Keduanya bisa punya potensi untuk melupakan tindak kriminal yang mereka lakukan dan melanjutkan hidup dengan tenang. 
Apalagi para tersangka masih di bawah umur, kalau dibawa ke jalur hukum paling hanya dikenai hukuman sejenis pelayanan masyarakat atau kalau dipenjara mungkin tetap akan ada keringannya (aku nggak ngerti hukum sih tapi mungkin simplenya gitu ya? cmiiw). 
Dan Moriguchi tidak ikhlas kalau kematian anak semata wayangnya, yang sangat ia sayangi, malah berakhir seperti itu.

Faktor kasih sayang orangtua, kasih sayang anak ke orangtuanya, miss communication antara guru dan anak didiknya juga antara anak dan orangtuanya. Semua faktor itu membuat balas dendam Moriguchi semakin runyam.

Sebagai penutup, aku ingin menuliskan pesan moral yang terngiang-ngiang di kepalaku selama membaca novel ini:
Ikhlas + qanaah bisa membuat hidupmu lebih tenang.
Well, ini self-reminder aja sih. Aku tahu ini nggak ngefek diterapkan ke Novel Confession karena latar novelnya saja sudah di Jepang yang tentu karakter mereka juga Jepang banget.


Di goodreads aku hanya memberikan 3 dari 5 bintang. Karena menurutku, aku hanya sampai sebatas "i like it" doang. Bukan level suka yang mungkin akan aku baca ulang suatu saat nanti hehe


Comments