doesn't fit me but maybe she does

urusan takdir semuanya sudah tertulis di Lauh Mahfuz bahkan puluhan ribu tahun (ada yang bilang 50.000 tahun) sebelum dunia diciptakan. makanya sekarang (sejak tahu fakta itu) kalau ngeluh ataupun ngotot, rasanya kok lucu aja ya. semacam meributkan sesuatu yang udah plek kudu kayak gitu. mau kita ngoceh 7 hari tujuh malam juga ga bakal ada yang berubah kalau emang udah ketulis di Lauh Mahfuz tuh kayak gitu.

yes, this is about him again. tapi bisa diterapkan ke hal lain juga, sih.

kalau tentang dia, aku mulai menanamkan mindset baru dalam pikiranku; ketika aku dan dia dibuat saling menjauh, sementara kita berdua selalu berdo'a untuk didekatkan pada hal yang kita sukai dan Allah ridai dan terbaik untuk kita, berarti kita memang sesederhana nggak bisa jadi yang terbaik untuk satu sama lain aja. kalau dalam pikiranku selama ini "he's the only one, the one who treat me well, understand me well, knows me well, support me dan selalu paling nyaman kalau udah ngobrol sama dia bisa cerita apa aja dan responnya always give me the new insights" oh ya, mungkin itu benar tapi balik lagi, bisa saja perasaan nyaman itu juga akal-akalan setan biar aku melanggar syariat-Nya. sebab we are basically dan literally stranger, meski (pernah) saling suka, tapi bukan berarti membuat yang haram jadi boleh dan bisa dimaklumi. dia memang cowok baik-baik, dari keluarga baik-baik pula. tapi mungkin dia dan keluarganya bisa saja membawa kemudaratan untukku dan keluargaku, juga masa depanku. who knows? mungkin ini jalan Allah mengabulkan do'aku yang selalu minta dilindungi dari mara bahaya dan hal-hal yang menjauhkanku dari-Nya.

ingat, tin. berprasangka baik kepada Allah itu wajib dan merupakan bentuk iman dan ibadah. ketetapan-Nya tidak mungkin keliru. kamu boleh neting sama dia dan keluarganya, asal jangan neting sama takdir Allah.

kadang, di tengah keramaian atau di sepinya dini hari, aku terngiang ucapan salah seorang rekan kerja "eh kamu tuh udah masuk usia panik, tau!"

btw baru tau juga ada istilah itu. aku memang sudah 27. lazimnya, perempuan seusiaku sudah punya suami, anak, bahkan mungkin dua anak. udah berurusan dengan mertua dan keluarga suami, sudah belajar kompromi dengan pasangan hidup, rengekan bayi, belajar manajemen waktu dengan keluarga, dan paham seluk beluk masak-memasak yang disukai suami dan anak.

tapi, kalau aku tidak demikian, apa itu menjadikan aku lebih rendah daripada mereka?

oke, mungkin lingkup pahala mereka jadi meluas sebab ada pengabdian pada suami dan mengurus anak juga. tapi sunnah dan sumber pahala nggak cuma itu doang. nyatanya, Allah belum kasih aku jodoh berupa pasangan hidup. jadi kenapa dipaksakan? kenapa direngekkan? masih ada sunnah lain, ibadah lain, yang bisa aku lakukan meski sendiri.

kadang aku juga sedih sih, melihat diriku dari kacamata orang lain, mungkin aku tampak menyedihkan dan mengkhawatirkan. "duh kapan dia nikah ya? kenapa kok nggak ada tanda-tanda punya pacar?" tapi aku buru-buru istighfar dan ta'awuz. lagi-lagi godaan setan untuk galau datang. 

hal yang kucamkan dalam hati erat-erat adalah, bahwa Allah tidak pernah melihat hamba-Nya dari paras dan kekayaan, juga kesuksesannya di dunia, melainkan dari ketaqwaan dan amal ibadahnya. mungkin aku belum diridai untuk bertemu jodoh dan menikah oleh Allah karena memang aku belum siap lahir batin. Allah loh, yang Maha Mengetahui. bukan mereka yang suka ngomongin, bukan tetangga, bukan rekan kerja. mereka tidak tahu apa-apa soal aku yang sebenarnya.

lagi-lagi teringat tentang dunia yang diibaratkan bagai sayap nyamuk saking kecil sempit dan sebentarnya. bahkan di surah Taha ayat 102-104 terpampang dengan jelas:

hidup ini bener-bener sesingkat itu. so, perihal menikah biar dicap sama rangorang "oh dia laku kok, ga menyedihkan dan ga malu-maluin" itu sepele banget. pas di akhirat, kita bakal nyesel udah susah payah memenuhi ekspektasi mereka alih-alih fokus beribadah dan mengejar rida-Nya.

balik lagi ke perihal tentang si dia. ketika aku memikirkan bahwa sekarang dia sudah punya perempuan lain yang menempati hati dan pikirannya, jujur aku sedikit sakit hati. begitu mudahnya dia mencari yang baru sedangkan aku di sini masih kesusahan ikhlasin dia.

tapi ingatkah kamu tin, ketika Allah tidak memberikan sesuatu yang hamba-Nya mohonkan dengan serius, cuma ada 3 kemungkinan? bisa jadi hal itu akan dikabulkan suatu saat nanti, tapi bukan sekarang. bisa jadi hal itu akan membawa kesedihan dan hal-hal yang melukai kamu, makanya akan digantikan dengan pilihan Allah. atau kalau bukan keduanya, bisa jadi yang terakhir adalah sesuatu itu akan digantikan sebagai pahala akhirat yang membantu memberatkan timbangan amal baik kamu di Hari Perhitungan kelak. yang penting adalah prosesnya, bukan hasilnya. kalau proses mencari jodoh ini kamu isi dengan ibadah yang mendekatkanmu kepada-Nya dan disertai dengan doa-doa yang tulus ingin yang terbaik dari-Nya, maka insyaAllah semua ikhtiar itu akan dihargai oleh Allah. kalau sudah paham itu, apa lagi yang kamu risaukan, tin?

Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. selalu camkan dan ulang-ulangi dalam hati sifat-sifat Allah yang Maha Segala-galanya itu, maka pikiranmu akan terbuka dan bisa melihat lebih jauh ke depan.

mungkin dia emang nggak cocok sama aku. bakal bikin aku jadi menantu yang kurang berbakti, banyak kurang di mata mertua, banyak gabisanya. bayangin kalau sampai aku menikah dengannya dan hanya akan jadi bahan keluhan keluarganya sebab di mata mereka aku serba kekurangan. yang ada malah hanya akan menyakitiku. sudah cukup aku merasa sedih dengan orangtua kandungku, merasa kurang kasih sayang dan sebagainya. aku ingin punya mertua yang bisa menyayangiku dengan tulus dan membuatku merasakan benar-benar punya sosok orangtua yang bisa kuteladani. bukan berarti aku menyesali kelahiranku di keluargaku ini, tapi fakta tentang perceraian dan perintilannya itu membuatku sedikit trauma dan punya harapan lebih kalau menyangkut soal orangtua.

tapi ga cocok buat aku, bukan berarti dia lantas jadi jahat. pasti ada perempuan lain yang bakal cocok sama dia. yang dengan bersamanya, baik dirinya maupun keluarganya akan jadi lebih bahagia dan mereka bisa saling menerima.

make it simple, tin :)

Comments