Alkisah, hidup seekor kucing bernama Hana. Dia berhati lembut dan penyayang. Hatinya yang lembut bukan tanpa alasan. Majikannya mengurusnya dengan sangat hati-hati, berdedikasi tinggi, dan penuh kasih. Sehingga Hana tumbuh menjadi kucing dengan martabat tinggi.
Suatu hari, Hana bertemu dengan kucing jantan yang sangat memukau. Untuk pertama kalinya, Hana merasakan dag-dig-dug pada lawan jenisnya. Saat itu dia iseng memanjat pagar beton rumah majikannya. Dia terlalu asyik mengagumi kilau kukunya yang bersih sampai-sampai dia tergelincir dan jatuh dari pagar.
Seakan semesta sengaja, dia terjatuh tepat mengenai punggung kucing jantan itu. Seharusnya adegannya bisa lebih romantis. Tapi keadaan fisik kucing yang tidak bisa berdiri dan menimang kucing lain itu akhirnya berakhir pada tumbukan punggung antara Hana dan si kucing jantan. Hana mengeong kencang, kucing jantan mengaduh dengan keras--dia merasakan sakit dan keterkejutan di saat bersamaan.
Tidak lama kemudian, kesadaran kucing jantan kembali. Sementara Hana masih pingsan--fisiknya terlalu lemah, baru kali ini dia jatuh dari ketinggian setinggi itu. Kucing jantan menghampirinya, hendak membangunkan Hana dan meminta pertanggung-jawabannya terkait punggungnya yang kini sakit. Tapi kucing jantan terpaku. Dia menatap wajah Hana dengan kagum, sampai lupa berkedip. Saat itulah Hana perlahan membuka matanya, dan menangkap sosok si kucing jantan yang menjulang di sampingnya. Hana seketika terpana. Betapa elok dan rupawan wajah kucing itu. Kejantanannya terpancar jelas lewat sorot mata dan lekuk corak di wajahnya. Hana merasakan keteduhan dan rasa aman pada satu waktu saat dia menatap mata itu.
Hana bangkit dan menyibakkan bulunya dengan anggun. Kucing jantan segera mengeong.
"Aku boleh nanya, nggak?"
"Ya, ada apa?" Hana menjawab dengan meongan yang anggun.
"Apa kamu bidadari? Kenapa kamu turun dari langit dan tepat mengenai punggungku? Apakah Tuhan mengirimmu untukku?" Cecar kucing jantan tak sabaran--dan jujur membuat penulis muak *eh. Sementara Hana terpesona sampai ke tingkat dewa. Kini ada semu merah di antara bulu-bulu wajahnya yang lebat.
Dan semudah itulah. Mereka pun jadian. Hari-hari Hana menjadi semakin berwarna berkat kucing jantan yang belakangan Hana ketahui namanya adalah Satria. Hana dan Satria kini satu, di mana ada Hana, di sana ada Satria. Mereka berbagi makan, juga kehangatan.
Seminggu berlalu dengan cepat. Hana tak sabar ingin menemui Satria dan merayakan anniversary seminggu mereka jadian. Saking bersemangatnya, Hana langsung masuk ke rumah majikan Satria, sekaligus ingin memberi kejutan.
Hana segera mencari si belahan jiwa. Dia memasuki ruang tengah yang pintunya sedikit terbuka.
Lalu, dia terpaku, menatap lurus ke sofa ruang tengah.
Untuk beberapa saat, Hana tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya menatap adegan di depannya dengan mata membelalak. Rasanya tubuhnya jadi lemas, tidak punya kekuatan lagi untuk berdiri. Dia tidak menyangka, Satria yang manis adalah sosok mengerikan yang mempermainkan hatinya. Hati Hana yang selembut sutra kini seakan diremas-remas. Sakit sekali.
Entah berapa menit berlalu, dan Satria masih tidak menyadari keberadaannya. Hana mendapatkan akal sehatnya lagi, dia menguatkan dirinya dan menatap sinis pada Satria dan pasangannya itu. Kini kesedihan yang tadi dirasakannya berganti menjadi amarah dan kebencian.
Hana geram bukan main. Berkali-kali dia menyebut dalam hatinya, "Dia bukan kucing jantan! Dia hanya kucing KAMPUNG!"
Segera Hana berlari dengan keempat kakinya menuju tempat karokean dan menyanyikan lagu Agnes Mo - Karena Kusanggup dengan lantang. Para manusia mendengarnya seperti meongan kucing yang sangat pilu.
--- EPILOG ---
Hana akhirnya tahu, selama ini dia hanya dijadikan 'selingan' oleh Satria. Dia menemukan fakta dari penelusurannya membuntiti Satria selama seminggu, sambil berusaha keras untuk menolak semua ajakan Satria untuk bertemu dengannya. Hana berjanji akan segera memutuskan Satria, sebelum kucing kampung itu yang memutuskannya duluan.
Kini hati Hana sudah terluka. Dia tidak tahu apakah lukanya bisa sembuh, apakah dia bisa jatuh cinta lagi pada kucing lain. Yang jelas, dia tidak akan lagi tertipu oleh mulut manis kucing-kucing jantan lainnya. Dia akan lebih berhati-hati untuk menjatuhkan hatinya.
Suatu hari, Hana bertemu dengan kucing jantan yang sangat memukau. Untuk pertama kalinya, Hana merasakan dag-dig-dug pada lawan jenisnya. Saat itu dia iseng memanjat pagar beton rumah majikannya. Dia terlalu asyik mengagumi kilau kukunya yang bersih sampai-sampai dia tergelincir dan jatuh dari pagar.
Seakan semesta sengaja, dia terjatuh tepat mengenai punggung kucing jantan itu. Seharusnya adegannya bisa lebih romantis. Tapi keadaan fisik kucing yang tidak bisa berdiri dan menimang kucing lain itu akhirnya berakhir pada tumbukan punggung antara Hana dan si kucing jantan. Hana mengeong kencang, kucing jantan mengaduh dengan keras--dia merasakan sakit dan keterkejutan di saat bersamaan.
Tidak lama kemudian, kesadaran kucing jantan kembali. Sementara Hana masih pingsan--fisiknya terlalu lemah, baru kali ini dia jatuh dari ketinggian setinggi itu. Kucing jantan menghampirinya, hendak membangunkan Hana dan meminta pertanggung-jawabannya terkait punggungnya yang kini sakit. Tapi kucing jantan terpaku. Dia menatap wajah Hana dengan kagum, sampai lupa berkedip. Saat itulah Hana perlahan membuka matanya, dan menangkap sosok si kucing jantan yang menjulang di sampingnya. Hana seketika terpana. Betapa elok dan rupawan wajah kucing itu. Kejantanannya terpancar jelas lewat sorot mata dan lekuk corak di wajahnya. Hana merasakan keteduhan dan rasa aman pada satu waktu saat dia menatap mata itu.
Hana bangkit dan menyibakkan bulunya dengan anggun. Kucing jantan segera mengeong.
"Aku boleh nanya, nggak?"
"Ya, ada apa?" Hana menjawab dengan meongan yang anggun.
"Apa kamu bidadari? Kenapa kamu turun dari langit dan tepat mengenai punggungku? Apakah Tuhan mengirimmu untukku?" Cecar kucing jantan tak sabaran--dan jujur membuat penulis muak *eh. Sementara Hana terpesona sampai ke tingkat dewa. Kini ada semu merah di antara bulu-bulu wajahnya yang lebat.
Dan semudah itulah. Mereka pun jadian. Hari-hari Hana menjadi semakin berwarna berkat kucing jantan yang belakangan Hana ketahui namanya adalah Satria. Hana dan Satria kini satu, di mana ada Hana, di sana ada Satria. Mereka berbagi makan, juga kehangatan.
Seminggu berlalu dengan cepat. Hana tak sabar ingin menemui Satria dan merayakan anniversary seminggu mereka jadian. Saking bersemangatnya, Hana langsung masuk ke rumah majikan Satria, sekaligus ingin memberi kejutan.
Hana segera mencari si belahan jiwa. Dia memasuki ruang tengah yang pintunya sedikit terbuka.
Lalu, dia terpaku, menatap lurus ke sofa ruang tengah.
![]() |
Sumber: akun IG 9gag |
Untuk beberapa saat, Hana tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya menatap adegan di depannya dengan mata membelalak. Rasanya tubuhnya jadi lemas, tidak punya kekuatan lagi untuk berdiri. Dia tidak menyangka, Satria yang manis adalah sosok mengerikan yang mempermainkan hatinya. Hati Hana yang selembut sutra kini seakan diremas-remas. Sakit sekali.
Entah berapa menit berlalu, dan Satria masih tidak menyadari keberadaannya. Hana mendapatkan akal sehatnya lagi, dia menguatkan dirinya dan menatap sinis pada Satria dan pasangannya itu. Kini kesedihan yang tadi dirasakannya berganti menjadi amarah dan kebencian.
Hana geram bukan main. Berkali-kali dia menyebut dalam hatinya, "Dia bukan kucing jantan! Dia hanya kucing KAMPUNG!"
Segera Hana berlari dengan keempat kakinya menuju tempat karokean dan menyanyikan lagu Agnes Mo - Karena Kusanggup dengan lantang. Para manusia mendengarnya seperti meongan kucing yang sangat pilu.
Hana akhirnya tahu, selama ini dia hanya dijadikan 'selingan' oleh Satria. Dia menemukan fakta dari penelusurannya membuntiti Satria selama seminggu, sambil berusaha keras untuk menolak semua ajakan Satria untuk bertemu dengannya. Hana berjanji akan segera memutuskan Satria, sebelum kucing kampung itu yang memutuskannya duluan.
Kini hati Hana sudah terluka. Dia tidak tahu apakah lukanya bisa sembuh, apakah dia bisa jatuh cinta lagi pada kucing lain. Yang jelas, dia tidak akan lagi tertipu oleh mulut manis kucing-kucing jantan lainnya. Dia akan lebih berhati-hati untuk menjatuhkan hatinya.
--- THE END ---
P.S.:
Aku bukan pecinta kucing. Aku bahkan sering takut kalau ada kucing yang mendekatiku. Soalnya aku pernah dikejar dan dibuntuti kucing. Meski kucingnya tidak punya niat menyakitiku, mungkin, tapi aku merasa takut kalau ada kucing yang seakan menaruh minat padaku.
Tapi, foto ini kin ngakak banget. Ada cerita yang pedih di dalam bola mata di kucing yang mematung itu. Dan lahirlah cerita super singkat ini. Sederhana, dan semoga bermanfaat, juga menghibur :)
Silakan tuangkan kritik dan saran teman-teman di kolom komentar.
Ohiya, tambahan lagi, sekarang aku ngejadwalin postingan terbit setiap jam 15.30. Pen ngetes aja viewer nambah atau nggak kalau disetelnya jam segitu wkwk
Ohiya, tambahan lagi, sekarang aku ngejadwalin postingan terbit setiap jam 15.30. Pen ngetes aja viewer nambah atau nggak kalau disetelnya jam segitu wkwk
Sampai jumpa besok!
Comments
Post a Comment