Kata-kata Mereka... [part 3]

image source: flickr

I’m a small paper boat
Lost during voyage without coordinates
I force down my tears. Sighing becomes a habit
I know that I’m being a fool
But I pretend I’m ok in front of others
Where did the bright past go?

Potongan rap dari Minhyuk BtoB di lagu "It's Okay" ini sukses menggambarkan bagaimana perasaanku belakangan ini. Aku merasa hilang dan tidak bisa menemukan diriku sendiri. Aku memiliki banyak tugas yang menunggu untuk kuselesaikan, tapi di saat yang bersamaan aku juga merasa tidak memiliki apa-apa untuk dilakukan. Sekarang aku masih kuliah, berjuang untuk mendapatkan ilmu dan kualitas dari seorang S1 Teknik Informatika. Lalu setelah itu apa? Setelah aku lulus nanti, apa yang akan aku lakukan? Setiap aku bertanya pada diri sendiri tentang pertanyaan ini, aku selalu punya jawaban yang sama, 'aku ingin menjadi penulis saja'. Tapi sekarang aku sudah sangat jarang menulis. Tugas seorang mahasiswa teknik tidak kenal lelah, mereka datang secara bertubi-tubi dan merecoki mimpi indahmu dengan angka dan rumus. Aku bangun setiap hari dan hal pertama yang harus aku lakukan adalah berdamai dengan diriku sendiri. Menjinakkannya agar mau berangkat kuliah. Membujuknya untuk bertahan lagi hari ini, seperti layaknya dia bertahan kemarin. Memohon padanya agar ingin menahan diri untuk satu tahun lagi.
Aku tahu itu hanya membuatku lelah sendiri. Aku harusnya menikmati apapun yang aku lakukan. Because liking what you do is happiness. Aku nggak punya pilihan untuk melakukan apa yang aku sukai, maka seharusnya aku dapat membuat diriku menyukai apa yang sekarang aku lakukan. Tapi kenapa begitu sulit untuk menumbuhkannya? Bahkan beberapa kali aku berpikir untuk menyerah saja. Jika aku adalah ikan, aku sudah terlalu lama memaksa diriku untuk hidup di daratan. Tapi di satu sisi aku juga merasa khawatir. Apakah nanti ketika aku benar-benar bisa kembali ke air, aku tetap bisa bernapas dengan baik? Apa iya, insangku masih berfungsi? Apa teman-temanku di air masih mengenaliku? Pernah merasa seperti itu? Seakan-akan kamu tidak memiliki tempat untuk menetap. Kamu tidak punya pilihan selain terombang-ambing tanpa arah. Kamu menjadi peragu yang bahkan ragu pada dirimu sendiri.

image source: herviewfromhome

"Santai saja, setiap orang sedang berjuang melawan penyesalannya masing-masing."

Kalimat itu aku temukan di instastory kak ashariramadhana beberapa hari yang lalu. Jujur, saat membacanya aku merasa tertohok. Aku kenapa sih? Kok jadi over khawatir gini? Aku kan memang telah memilih jalan ini. Maka harusnya aku sadar bahwa aku telah setuju akan konsekuensi apapun yang akan aku lalui kedepannya. Meski aku menyesal, tapi aku bukan satu-satunya orang yang menyesal karena pilihan yang 'keliru' di dunia ini. Setiap orang pasti punya penyesalannya masing-masing. Dan boleh jadi, saat ini mereka tengah berjuang melawan penyesalannya tersebut. Seperti kata kak ashari itu.
Lagipula, satu hal yang paling penting adalah, aku punya Dia yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kakakku juga pernah bilang, bahwa misi sejati kita sebagai seorang muslim adalah meninggal dalam keadaan beriman serta mendapatkan syafa'at-Nya kelak di akhirat.
Aku mungkin terlalu buta, khawatir berlebihan pada masalah duniaku yang sangat sepele jika dibandingkan dengan konsekuensi di akhirat nanti.
Dan untuk itu, aku kembali tersadar. Tugasku bukanlah sekadar meraih S1, lulus cumlaude, atau menerbitkan buku. Lebih dari itu, aku seharusnya berusaha untuk lebih dekat dengan-Nya. Agar aku tidak khawatir lagi, agar aku selalu dilindungi untuk tetap berada di jalan-Nya. Tidak peduli seberapa besar penyesalan itu, jika aku menyerahkan semua kepada-Nya, maka aku tidak perlu menyiksa diriku lagi dengan perasaan khawatir dan rasa takut yang berlebihan.


Seperti halnya bermenung, menulis juga menjadi ajang bagiku untuk berpikir dan menceramahi diri sendiri.
Sekian dulu, yeorobun. Sampai jumpa di Kata-kata Mereka part 4!

Comments