Sebuah Draft; kukecam diriku sendiri

apapun yang kau katakan

aku tidak layak untuk itu semua


tahun ini aku sudah 26 tahun

harusnya ada sesuatu yang sudah kulakukan

tapi apa? mengapa semuanya malah semakin berantakan?

mengapa tiap hari aku hanya mengeluh dan mengeluh?

mengapa tiap hari aku semakin membenci diriku sendiri?

mengapa

mengapa aku malah sibuk merutuki nasib yang kujalani?


kubilang tidak ingin mengukur diriku sendiri dengan berpatokan pada umur dan waktu

tapi mengapa aku menetapkan aturan itu sendiri?

umurku sudah hampir 26 tahun

tapi satu novel pun tidak pernah ada yang tamat

satu buku pun tidak pernah ada yang terbit

satu cerpen pun tidak pernah ada yang lolos

lantas mengapa aku menyebut diriku berbakat?

padahal aku hanya pecundang yang terlalu takut pada kenyataan


kubilang berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain

tapi mengapa justru perbandingan demi berbandingan yang selalu hadir di benakku

dia bisa ini dan itu, sudah ini dan itu, mengapa aku tidak bisa?


kadang orang merasa terpuruk karena perkataan orang lain

tapi aku tidak butuh orang lain untuk menghina diriku sendiri

aku malah ingin muntah ketika ada yang memujiku

sebab aku tahu aku tidak berhak dipuji

aku busuk luar dalam

aku membenci diriku sendiri


"aku tidak bisa merasa kecewa, karena aku tidak punya harapan"

aku kesal ketika menyadari diriku kecewa

air mata yang keluar ini

sudah pasti karena kecewa

lalu apa yang sebenarnya kuharapkan?

ketika sadar hidup sudah seburuk ini, memangnya apa yang kau harapkan?

dasar gadis naif!


kalian pergi saja

kalau ingin tinggal, ya diam saja

jangan ajak aku bicara

jangan melihat ke arahku

anggap aku tidak ada


kalian silakan sibuk dengan urusan kalian

tidak perlu repot memikirkan masa depanku

aku saja tidak peduli, mengapa kalian peduli?

aku saja sudah menyerah, mengapa kalian berkeras ingin melangkah?

konyol sekali


kalian diam saja

kalau tidak bisa diam, pergi saja

menjauh dariku

aku saja muak dengan diri ini, mengapa kalian berkeras tetap tinggal?


kalau duniaku berakhir hari ini

sudah pasti aku akan celaka

baru saja aku memaki ciptaan Tuhan;

diriku

kumaki ia jelek, buruk rupa, tidak menarik

itu dosa

harusnya aku bersyukur

tapi mengapa begitu sulit?

alangkah tidak adilnya

orang cantik di luar sana tentu mudah saja bersyukur ketika ia bercermin

mengapa untukku semua harus serba disulitkan?

berbakti kepada kedua orangtua pun sangat sulit

ayah yang jadi orang asing

mama yang pemarah dan sulit dimengerti

mengapa untukku semua harus serba disulitkan?

apakah dengan begitu pahalanya jadi lebih besar?

apakah jika aku melaluinya aku akan lebih bijak dari yang lain?

untuk apa?


katanya sebelum kita lahir

roh kita diperlihatkan bagaimana kehidupan yang akan dijalani kelak

kalau tidak setuju, maka kita akan lahir sebagai mayat

lantas, mengapa dulu aku setuju?

apa aku mengiyakan wajah ini? tubuh ini? keluarga ini?

mengapa aku lahir sembari menangis, bukannya menjadi mayat?


tentu saja bunuh diri adalah dosa yang besar

aku tidak ingin melakukannya

kehidupan duniaku sudah hancur

aku tidak semestinya menghancurkan akhiratku juga


ya

mungkin itu jawabannya

aku harus berjuang untuk akhiratku

hanya di sana aku bisa mengharapkan kehidupan yang baru

yang kalau ingin aku menjadi bahagia di sana

harusnya aku rajin beramal dan beribadah

Comments

  1. Ahh cerita ini persis dengan yang aku alami sekarang. Penuh dengan mengapa, mengapa dan mengapa. Penuh pertanyaan yang membuat diri ini semakin bingung, semakin merasa terpinggirkan yang paling parah merasa tak berguna. Bedanya kamu masih umur 26, tahun ini aku masuk umur 28.
    Semangat ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener kak, perasaan paling berat adalah ketika diri sendiri ikut mengaminkan bahwa diri ini payah dan tidak berguna. tapi dengan munculnya perasaan itu, berarti kita sudah pernah berjuang dan ingin untuk menjadi lebih baik. insyaAllah hal-hal baik akan segera terjadi. semangat kak :)

      Delete

Post a Comment