![]() |
source |
maraton saat weekend kemarin, perasaanku jadi campur aduk. i love how 12 episode itu bisa cukup untuk menampung kisah tentang percintaan, persahabatan, konflik keluarga dari tokoh-tokohnya sekaligus merekam bagaimana kebrutalan militer dan pemerintahan korea pada saat itu. meski di bagian akhir rasanya kayak diburu-buru sih. semua tokohnya juga kurang kecover lagi di akhir, hanya diperlihatkan sekilas banget bagaimana keadaan mereka di 2021 (41 tahun kemudian) setelah kejadian nahas yang mengerikan di tahun 1980 itu.
dari scene awal emang udah dikasih tau kalau nanti bakal ada yang mati. melalui penemuan kerangka yang di samping kerangka itu juga ditemukan jam dan surat. lalu flashback deh ke tahun 1980, di mana pada saat itu sedang gencar-gencarnya mahasiswa melakukan demo terhadap pemerintah untuk mengakhiri darurat militer. pada awalnya, aku nggak ambil pusing soal demo mahasiswa ini karena saya sebagai penonton emang males aja kalau udah menyangkut demo atau pemerintahan. jadi aku fokus ke kisah kim myeong hee dan hwang hee tae.
namun, lambat laun, konflik yang tadinya hanya seputar kisah cinta mereka saja, beralih menjadi lebih besar, lebih luas, dan melibatkan banyak orang. puncak demo yang berakhir pada diperintahkannya orang-orang militer untuk turun ke jalan dan menangkap langsung mahasiswa yang berdemo.
poin penting yang diperlihatkan antara lain:
💣 kekejaman orang-orang di bagian Komando Pertahanan dan Keamanan benar-benar tidak memperhitungkan hak orang-orang yang diduga tersangka. di tempat interogasinya, memang disediakan kolam berisi air yang kerap digunakan untuk mencemplungkan kepala orang yang dianggap komunis sampai mereka mengakui kesalahannya. bandingkan dengan sekarang, ada yang berani menyentuh saja pasti langsung dituntut. dulu ternyata sampai berdarah-darah dan sekarat pun hukum tidak hadir untuk membela mereka.
💣 mental militer yang sok banget. aku emosi nontonnya. target awal mereka hanya menangkap mahasiswa, kemudian makin menjadi-jadi sampai anak-anak sekolah pun ikut disandera, dipukuli, bahkan di tahap selanjutnya, mereka sampai ditembak ramai-ramai. seolah-olah menganggap manusia itu hewan. gila sih, paling kesel pas di episode-episode ini.
💣 di tengah itu semua, pihak rumah sakit terus bekerja siang dan malam untuk merawat pasien yang terus berdatangan. keren banget sih dedikasi para petugas medis ini. masalahnya, saking gilanya tentara militer itu, mereka bahkan mencegat, menabrak, dan menembaki ambulans dan dokter juga. pokoknya yang keliatan di jalanan aja, langsung dibidik sama mereka. aku sampai was-was juga jangan-jangan mereka bakal menyerbu rumah sakit, tapi untung sampai akhir nggak ada adegan penyerbuan rumah sakit. bener-bener kelewatan kalau sampai itu terjadi.
selain itu, ada juga dari sisi romance. gimana kalau ada dua orang kaya yang mau tunangan, itu diumumin lewat koran, ada anak orang kaya yang masuk universitas negeri seoul dengan nilai tertinggi dibuatkan spanduknya gede-gede dan dipajang, dan yang paling iconic adalah cara komunikasi dan fashionnya.
aku berkali-kali salut sama make-up myeong hee yang bener-bener bikin dia kayak kecapean, lusuh, dan di aktris juga total banget, nggak pakai lipstik kali ya. natural banget.
myeong hee, omg, myeong hee. nasibnya malang sekali. udah mah dia yang banyak berkorban, banyak nolongin orang, giliran dia yang sekarat, dia nggak punya siapa-siapa di sampingnya buat nolongin dia. hanya ada dedaunan kering, pohon yang menjulang, dan tabur bintang di langit yang mengiringi kematiannya. nyesek ghes :(
tapi, story argumentnya tetep nyampe. tokoh utama, si hee tae, akhirnya belajar bahwa kepergian seseorang, seperti kematian, itu bukanlah tanggungjawabnya. meski ia dokter yang bertugas menyelamatkan pasien, tapi ada tangan yang lebih perkasa yang mengatur semuanya, yaitu Dia. dan dari sana juga dia bisa berdamai dengan masa lalunya dan menatap masa depan dengan penuh harapan dan sikap positif.
dari ending, aku juga sadar kalau ending itu adalah wujud dari doa hee tae saat dia menikah dengan myeong hee. bahwa jika Tuhan akan memberikan kesedihan dan rasa sakit ke myeong hee, hee tae ingin dia yang menanggung penderitaan itu, biar dia aja yang menderita, gitu. nah, jadi kenyataan deh. dia menjalani 41 tahunnya dengan luka yang menganga, kesedihan tiada henti yang kalau dia teringat lagi membuat perasaannya seolah kematian orang yang dicintainya itu baru saja terjadi kemarin. ending itulah mungkin yang terbaik. meski masih menyayangkan kematian myeong hee sih ya.
![]() |
source |
berkat youth of may ini juga, aku jadi kepo sama kejadian gwangju pada tahun 1980 yang disebut 5•18 광주 민주화 운동 (5.18 Gwangju Minjuhwa Undong) yang dapat diartikan sebagai Gerakan Demokratisasi Gwangju 18 Mei. miris banget, asli. dan youth of may berhasil ngasih liat dari awal, bagaimana proses demo mahasiswa pada saat itu, cara berpikir mereka, stake yang jelas tentang apa yang harus mereka perjuangkan. dari drama itu juga bisa kita lihat bagaimana krisis pada tahun itu berdampak pada kehidupan militer, bisnis, rumah sakit, kehidupan sekolah SD, SMP, dan SMA, sampai ke kehidupan percintaan orang yang terlibat di dalamnya.
aku nggak kebayang kalau berada di tengah situasi itu. saat pemerintah yang diyakini akan melindungi rakyatnya malah memerintahkan untuk menurunkan militer ke jalan dan "memberantas" pada "pemberontak". saat itu, pasukan militer seolah sok hebat, mungkin karena mereka kuat, punya banyak senjata, sehingga dari yang awalnya hanya menargetkan mahasiswa yang berdemo, menjadi meluas dengan menargetkan warga sipil juga. bahkan anak-anak dan orangtua yang jelas-jelas bukan mahasiswa juga menjadi incaran mereka. dipukuli, dianiaya, bahkan ditembak jika berani melawan. numpang lewat aja langsung ditarik buat disandera. gila sih ngeri banget pasti saat itu.
dan ini kisah nyata. mungkin ada beberapa yang disesuaikan dengan plot cerita di dramanya, tapi setelah baca beberapa artikel, sebagian besar yang digambarkan dan diceritakan di youth of may itu benar adanya.
ternyata, dibalik ketangguhan dan kemajuan korea sekarang, mereka pernah mengalami kejadian mengerikan yang separah itu.
Comments
Post a Comment