susah banget nulisnya!!!
beberapa kali tadi sempat lumayan lancar nulis 2 bab (itu pun masih pendek-pendek sih) tapi semenjak mama pulang dikit-dikit aku dipanggil lagi, ditanyain ini-itu, jadi tiap imajinasiku udah mau kebentuk, eh jadi pecah lagi. buyar.
oke, aku tidak seharusnya menyalahkan mama.
padahal udah minum kopi. jadi nggak ngantuk. tapi ideku nggak bisa jalan juga. ngerasa diburu-buru banget. aku jadi gelisah sendiri. sekarang sudah tanggal 22, deadlinenya tanggal 16 juni, sisa berapa hari? 26 hari lagi kalau hari ini juga dihitung. apa yang bisa aku lakukan dalam waktu yang bahkan tidak cukup sebulan itu? menyelesaikan satu novel utuh? bisakah? tin, orang-orang mengharapkan keajaiban setelah berusaha semaksimal mungkin. sedangkan kamu, apa yang selama ini kamu lakukan? berleha-leha dan pasrah dikendalikan oleh mood. aku sibuk membuat jadwal menulis yang sama sekali tidak pernah kuterapkan. padahal sudah merencanakan ikut lomba ini sejak maret, lalu masuk april kamu ngerasa pede banget. tapi kenapa sekarang malah kayak gini?
apa benar aku memaksakan diri? benarkah sebenarnya aku tidak berbakat? apa mimpi ini memang hanya akan jadi sekadar mimpi belaka? mengapa dinding kemalasan dalam diriku begitu mendarah daging hingga aku sendiri merasa harus menyerah padanya? ARG!! I HATE YOU, TIN!
sekarang sudah sore. apa yang seharian ini kulakukan? selain mencuci pakaian, hal berguna apa yang berhasil kuselesaikan? bahkan cucianku yang sudah kering masih kubiarkan mendekam di lantai 2 dengan dalih aku ingin menulis dulu saat ini. mumpung efek kopi masih membuat otakku aktif dan tetap terjaga. tapi apa? apa yang sudah kau tulis, tin? ketidakjelasan. kalimat-kalimat garing. tidak ada nyawa. tidak ada gairah. apa yang terjadi padamuuuu
satu hari lagi akan berlalu dan tidak ada apa-apa yang kau selesaikan. you call yourself an author wanna be? WOAH
kalau kamu nggak cantik, nggak bisa menyukai pekerjaanmu sekarang, nggak tinggi, nggak kurus, bukankah setidaknya kamu harus punya satu bakat yang bisa diandalkan? kenapa hidupmu menyedihkan sekali?
tadi, random banget kamu tiba-tiba kepikiran tentang satu-satunya hal yang selama ini kamu bilang bisa menjadi the one and only hope yang bisa kamu pegang. diam-diam kamu berharap, setidaknya yang satu itu bisa Tuhan kasih, untuk satu itu saja takdir memberikan apa yang kamu benar-benar inginkan. tapi kemudian satu hal itu juga dipatahkan dalam sehari--dengan tegas dan jelas pula--oleh orang yang bersangkutan langsung. kamu lagi-lagi merasakan dirimu terhempas sangat jauh, turun ke bawah, dengan angin kencang di sekelilingmu, kamu terjun bebas dari harapan ke lembah suram tanpa nama. kamu tiba tidak di mana-mana. kini tidak ada lagi yang perlu diharapkan. semuanya benar telah direnggut. otak dan hatimu benar telah keliru menginginkan sesuatu. kau menginginkan sesuatu yang tidak akan pernah bisa kau miliki. lantas, apakah harus satu keinginan ini juga kamu lepas? apakah ini pertanda untuk berhenti? tapi setelah berhenti nanti, apa kiranya yang akan kau kejar? apa alasanmu bangun pagi dan bersemangat menyambut hari?
ada yang salah dengan diriku.
di tengah keluhanku ini, aku diam-diam berjanji pada diriku. kalau punya anak nanti, aku ingin mendukung apapun impiannya. aku ingin menyemangatinya setiap hari, memberikan lingkungan yang pas untuknya berkembang demi hal yang ia sukai. well, meskipun kemungkinan itu sangat kecil mengingat kemungkinan aku menikah juga sama kecilnya.
ya ampun, perihal jodoh itu. begitu memuakkan. aku benci menyadari kenyataan bahwa kini aku ingin menikah. aku benci kenyataan bahwa kata-kata orang bisa memengaruhiku. sama ketika untuk pertama kalinya ucapan "wah kamu makin subur ya badannya" jadi menggangguku. padahal sebelumnya aku tidak pernah terganggu saat orang-orang ramai membicarakan bentuk badan. sama ketika wajahku mulai menampakkan pori-pori besar, berjerawat, padahal baru seminggu sebelumnya seorang teman memuji wajahku yang mulus seperti bayi, tidak ada komedo di hidung. mengapa aku harus penasaran pada face foam kakak yang tergeletak di kamar mandi itu, mencobanya, dan kemudian jerawat pertamaku pun muncul keesokan harinya.
omg. apa yang kulakukan. begitu banyak yang perlu kusesali hingga aku lupa untuk hidup hari ini. mengapa begitu sulit untuk memikirkan hari ini saja? mengapa otakku tidak bisa berhenti mengingat masa lalu yang kusesali juga khawatir pada masa depan yang belum kujalani?
![]() |
Photo by Melissa Askew on Unsplash |
apa kiranya yang dilakukan orang-orang sukses itu jika menghadapi hal sepertiku? apa yang akan Jimin lakukan? apa dia malah akan semakin memaksa dirinya untuk menulis, tetap terjaga meski sudah lewat jam 2 dini hari, terus menulis dan berusaha menyelesaikan tulisannya? apakah aku bisa sebertekad itu juga?
teringat perkataan teman yang pernah bilang, "kalau mimpi ini memang berarti buat kamu, harusnya kamu akan terus berusaha untuk mewujudkannya, dong? iya nggak? ya, itu jalau emang mimpinya berarti sih."
jadi, apa mimpi untuk menjadi penulis ini masih belum berarti bagiku? mengapa aku tidak bisa mengorbankan jam tidurku demi menulis? well, aku sebenarnya bisa. bisa banget. tapi yang menjadi pertimbangan adalah kerjaan keesokan harinya. kewajiban untuk terjaga di kantor, 8,5 jam lamanya. kalau aku begadang, aku bisa ngantuk di kantor. sementara aku masih harus berpuasa, jadinya tidak bisa menghalau kantuk dengan kopi. kalau sudah begitu, tidak ada pilihan selain izin tidur sebentar. itu pun kalau memang ada waktu luang. bagaimana kalau tidak? aku harus memaksa diri untuk terjaga dan berujung ke denyut di ubun-ubunku yang tidak akan sembuh sebelum keesokan harinya.
aku ingin begadang, seperti park jimin yang hanya tidur 2 jam saat ia masih baru debut. dia latihan bahkan saat teman-temannya sudah pulang. latihan sampai jam 4, tidur sampai jam 6. udah gitu, masih harus diet juga, yang ketat, bisa sampai makan sekali dalam 10 hari. edan. tapi apa? semua kerja kerasnya terbayar sudah dengan kesuksesan dia sekarang.
haruskah aku seekstrim itu? untuk kali ini saja, menjadi park jimin yang penuh tekad itu?
kalau diingat-ingat, aku memang belum pernah memacu diriku sampai batasnya. harusnya aku mencobanya? untuk tahu sampai mana batasku. untuk membuat diriku lega bahwa aku sudah berusaha, yang benar-benar berusaha bukan sekadar berusaha. haruskah?
kalau aku memang bukan jenius menulis, bukan wanita cantik yang memikat, bukankah sebaiknya aku berusaha untuk menjadi seperti itu? memang ada orang-orang yang sudah diaugerahi kemampuan itu. ada orang yang bisa menulis dengan sangat baik, punya keluarga yang supportif, punya wajah yang unggul. tapi bukan tugasku untuk memikirkan nikmat yang mereka dapatkan.
baiklah. aku akan mencobanya.
akan kutiru semangatmu, park jimin!
Comments
Post a Comment