aha!
UN udah selesai, saatnya nonton film dan baca buku yang banyak-banyak-banyak sampe teler! hihi agak berlebihan ya? biarin :p
selama UN, gue udah berusaha nahan napsu biar gak nonton film dulu, biar fokus sama UN dulu. meskipun pas hari minggunya (sebelum UN bahasa indonesia) gue sempet nonton Harry sih, hehe tapi alhamdulillah gue bisa kerjain soal bahasa indonesia dengan makmur, aman, sentosa :)
UN tahun ini emang asli ngeselin. udah ditunda berhari-hari, pas hari H nya, soalnya malah nggak karuan, berbagai masalah menghadang, jreng jreng jreng secara bergantian. ampun deh, proyek sebesar ini kok bisa ancur kayak gini ya? ada yang bilang karena ada penyeludupan soal lah, ada juga yang bilang karena ada yang korupsi dananya. wallahu a'lam. nanti di akhirat kita sama-sama liat kebenarannya *mendadak seremm*
oke kita jangan ngomongin UN lagi deh, gue bawaannya capek mulu nih -___-
*klik* (ganti topik)
kemarin, pas selesai ujian, temen-temen sekelas diajak buat makan-makan dirumahnya nina. awalnya gue excited banget, secara, gue emang paling seneng kalo ngumpul bareng temen-temen. eh tau-taunya nasib berkata lain, gue malah dijemput. tau artinya "dijemput"? itu artinya gue nggak bisa kemana-mana, nggak bisa lari, nggak bisa kabur. keluarga gue kayaknya over protective banget deh, mau ke rumah temen aja langsung dicekal dengan kalimat "kamu dijemput! jangan kemana-mana". dan itu ngeselin. (duh kok gue bawaannya kesel mulu ya? astagfirullah)
dan jadilah, gue sendirian menunggu di depan sekolah. tukang bentor yang nongkrong di sana berulang kali nawarin gue buat naik ke bentornya, dan sekeras-kerasnya suara klakson mereka mengirimkan kode nawarin, sekencang-kencangnya pula kepala gue bakal menggeleng. enak aja, emang lu pada mau nanggung kalo gue dimarahin agara-gara nggak nurutin perintah mama buat nunggu disini? k*mpret sekali kalian -__-
akhirnya mereka capek mencet klakson, gue juga capek menggeleng. terciptalah hening yang panjang. yang terdengar hanya deru kendaraan yang berlalu-lalang di depan mataku (lah nggak hening dong? -_-), mobil, motor, truk, sampai becak, saling berkejar-kejaran satu sama lain.. gue berharap melihat mama diantara pengendara motor itu. tapi nihil, mama pasti masih dalam perjalanan ke sini.
agak lama gue nunggu disitu, sampai teh yang gue beli udah habis, mama tak kunjung datang. tiba-tiba hujan turun. gue udah nggak sempet menyanyikan lagu "hujan.. hujan pergilah, datanglah lain hari" kayak yang Dora lakuin, habis hujannya tiba-tiba banget, dan langsung deras banget. nggak pake rintik-rintik dulu. gue berusaha bertahan untuk tetap berdiri di bawah pohon. gue bahkan berpikir untuk berhujan-hujan saja. tapi gue sadar ini bukan sinetron, gue langsung ngibrit masuk ke halaman sekolah. dan menunggu di depan kantor.
tiba-tiba, ada yang mainin tas gue. pikiran horor merasuki. gue menoleh dengan pelan, dan menemukan sosok pak kepsek di sana. gue jadi nyesel, kenapa berteduh di depan kantor? mood gue lagi nggak bersahabat, gimana kalo pas pak kepsek nanya-nanya, gue malah nonjok? naudzubillah~
hal yang gue khawatirin nggak terjadi. pak kepsek emang ngajak gue ngobrol, bertanya seputar keluarga gue. iya, keluarga gue, dan gue menjawabnya dengan jujur. jadi sekarang, pak kepsek tau segalanya *apasih -_-
pas pak kepsek masuk, gue buru-buru hijrah ke masjid.
di masjid itulah, gue mulai merenung. rasanya gue bener-bener sendirian. gue nggak bawa hape, nggak bisa gangguin temen-temen yang lagi seru-seruan di rumahnya nina, gue juga nggak bawa mp3. pokoknya sendirian banget deh *ceileh
tapi perlahan, gue ngerasa hangat. suara keras hujan yang mengamuk, angin kencang yang menerpa, semuanya berkolaborasi membawa pikiran gue ke titik nyamannya. mata gue berkeliling, mengitari bangunan sekolah yang sudah hampir 3 tahun gue huni. masjid ini, bukan cuma menjadi tempat ibadah kami, gue sama temen-temen juga pernah foto-foto alay di sini, pernah belajar kelompok di sini, pernah ulangan di sini, pernah latihan story telling dan latihan senam di sini, bahkan pernah tidur di sini. ilusi gue mulai ikut bermain. gue membayangkan ramainya masjid ini saat porseni, gue dan temen-temen foto-foto alay di tangga. ya ampun, indah sekali :") di jejeran tangga ini, bacin pernah jatuh, sampai bajunya kotor dan temen-temen nggak berhenti ngetawain dia. di masjid ini, ada banyak cerita yang terselip. gue jadi senyum-senyum sendiri hihi
akhirnya gue ngeluarin buku sama pulpen. yakin mereka bisa nemenin gue sambil nungguin mama. gue mulai menulis..
mungkin nanti aku akan merindukan sensasi memakai seragam putih abu-abu ini. bagaimana menyebalkannya memakai rok yang selalu terlalu sempit untuk langkahku yang lebar.. bagaimana menjijikkannya lengan baju putih yang sudah kotor hanya dengan satu kali pakai.. atau bagaimana mudahnya jilbabku terbongkar meski karena 'gangguan' kecil dari teman-temanku..
mungkin juga, aku akan merindukan kelas-kelas yang pernah kudiami..
bagaimana melelahkannya mendaki tangga demi tangga untuk sampai di lantai tiga.. bagaimana wanginya ayam goreng mbak endang saat jam istirahat.. atau bagaimana horornya atmosfer kelas saat aku datang terlalu pagi..
dan yang pasti kurindukan adalah..
hmm tentu saja, semua orang yang ku kenal di MAN 2 Model ini.. mulai dari Newton crew, teman-teman dari kelas lain, guru-guru, satpam-satpam, pak ridwan (juru kunci sekolah), dan ibu-ibu kantin.
sudah hampir 3 tahun aku menjelajahi sekolah ini, dan baik disengaja maupun tidak, aku telah mengukir terlalu banyak kenangan di sini. baik dengan bangunannya, maupun dengan orang-orang yang ada di dalamnya..
gue berhenti menulis. menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya dengan pelan. hujan belum juga berhenti, malah semakin deras. gue yakin mama akan lebih lama datang dari biasanya, beliau pasti singgah dulu untuk berteduh.
gue tutup buku gue, terus gue ceburin ke got!
eh, nggak ding :p
gue tutup buku gue, terus gue perhatiin got yang airnya mengalir kenceeeeeeng banget di depan gue. anak m2m pasti tau, kalau di dekat masjid ada got mungil, ya kan? haha
nah, waktu itu ada kodok yang lagi duduk (atau berdiri ya?) di atas papan kayu yang nyangkut di permukaan air. iya, kodok, kalian nggak salah baca. kodok yang... uhhh gue sendiri juga ngeri sama makhluk yang satu ini. tapi karena kodoknya kecil, lebih kecil dari jempol kaki gue, gue jadi nggak parno parno amat.
gue ngeliat, kodok itu kayaknya lagi asik banget memperhatikan arus air yang ada di bawahnya. dari atas papan kayu itu, dia terlihat sangat angkuh. gue jadi kesel sendiri (nah kan kesel lagi -____-) tanpa gue mantrain, papan kayu yang ditumpangi kodok tadi berlahan bergerak dan arus air berhasil menyeretnya. si kodok malah terjun bebas dan akhirnya harus berenang melawan arus. si kodok berusaha melombat dari dalam air, ingin mencapai sisi got. kayaknya dia takut arus itu akan membawanya ke jalan yang sesat. dia terus berusaha, dan berusaha. diam-diam gue juga nyemangatin dia dari dalam hati "yo kodok! kamu pasti bisa! ayo! ayo! ganbatte!!" si kodok seakan mendengar jerit hati gue, dia semakin terpacu untuk berenang melawan arus. sementara arusnya semakin kencang, kencaaang banget, dan si kodok tidak mendapatkan sesuatu untuk membantunya bertahan.. perlahan raut wajahnya berubah muram, sorot matanya memancarkan cahaya yang melemah, kemudian redup. si kodok tidak berenang lagi melawan arus, dia memutuskan untuk memasrahkan dirinya terbawa arus. setelah segala usaha yang dilakukannya, dia memutuskan untuk menyerah. mungkin diperjalanan menuju ujung got ini, dia hanya bisa membisikkan doa pada Tuhannya, berharap semoga arus itu membawanya ke lingkungan yang lebih baik.
dari peritiwa yang barusan gue liat, gue kemudian merenung. bertanya-tanya dalam hati, kenapa Tuhan memperlihatkan peristiwa itu ke gue. nggak perlu waktu berabad-abad, gue akhirnya sadar. itulah yang namanya tawakkal. setelah kita berusaha semaksimal mungkin, sampai alis rasanya mau melilit sendiri, yang perlu kita lakukan hanya memasrahkan diri pada Tuhan. keinget tweetnya nina beberapa hari yang lalu "kerja kerasku tidak mungkin mengkhianatiku" *bener nggak ya diksi kalimatnya gini? hihi maap nina :p setelah berjuang keras dalam belajar, sampai UN, bahkan hal-hal yang lainnya, tugas kita selanjutnya hanya berdo'a.. Allah Maha Melihat segala usaha kita :')
dari peristiwa itu juga, gue sadar hal yang lain. kodok itu seakan tau, tidak ada lagi harapan baginya. tidak ada batang kayu, atau tali yang bisa dijadikannya pegangan sementara arus air got semakin membara ingin melahapnya. sama seperti saat kita memperjuangkan sesuatu, kita juga perlu membaca keadaan. apakah masih ada batang, tali atau apapun yang bisa dijadikan pegangan? apalagi saat arus kehidupan semakin deras menerjang? ada saatnya kita akan sadar, kita lebih baik menyerah daripada terus berusaha. ya, saat tahu, semuanya akan sia-sia. sebab, ada beberapa hal yang memang perlu diperjuangkan, dan ada pula yang tidak pantas diperjuangkan. *tsaah~
look..
gue paling benci kodok, tapi ternyata, saat memutuskan untuk berdamai dengan rasa takut itu, gue jadi bisa ngambil banyak pelajaran dari hal yang gue takuti itu (dalam hal ini kodok -__-). jadi, tidak menutup kemungkinan, hal yang kita benci itu selalu membawa hal-hal buruk ke kita.
aduh sudah jam 9 lewat.. saatnya gue pamit.
sampai jumpa di postingan selanjutnya! Jaa~
Comments
Post a Comment