[Review Novel] Montase - Windry Ramadhina






----------------------------------------

Judul: Montase
Sub Judul: Kau di antara seribu sakura
Penulis: Windry Ramadhina
Penerbit: Gagasmedia
Tahun terbit: 2012
Tebal: viii + 360 hlm, 13 x 19 cm
ISBN: 979-780-605-7
Genre: Romance, dream, family
Format: paperbook
Status: Milik sendiri :))

Blurb:

Aku berharap tidak pernah bertemu denganmu. Supaya aku tak perlu menginginkanmu, memikirkanmu dalam lamunku. Supaya aku tak mencarimu setiap kali aku rindu.
Supaya aku tak punya alasan untuk mencintaimu. Dan terpuruk ketika akhirnya kau meninggalkanku.
Tapi...,
kalau aku benar-benar tak pernah bertemu denganmu, mungkin aku tak akan pernah tahu seperti apa rasanya berdua saja denganmu. Menikmati waktu bergulir tanpa terasa. Aku juga tak mungkin bisa tahu seperti apa rasanya sungguh-sungguh mencintai... dan dicintai sosok seindah sakura seperti dirimu.

Review:

*rapihinkerahbaju*

Montase bercerita tentang Rayyi, mahasiswa Fakultas Film dan Televisi di IKJ. Berkat nama besar ayahnya, Irianto Karnaya--pemilik rumah besar produksi film box office terlaris--Rayyi terpaksa masuk ke peminatan Produksi. Padahal dalam lubuk hatinya, dia jatuh cinta dengan film dokumenter. Kesukaannya dengan film dokumenter berawal ketika ibunya mengajaknya menonton sebuah film karya Dziga Vertov, "The Man with a Movie Camera" di perpustakaan rumahnya.Setelah itu Rayyi selalu mengagumi film dokumenter dan benar-benar menghina film-film hasil rekaan skenario yang begitu mengikuti minat pasar. Namun seperti sebuah kutukan, Rayyi harus terjebak di Peminatan yang sama sekali tidak disukainya--Peminatan Produksi.

Di sisi lain, Rayyi memiliki tiga sohib yang kemana-mana selalu bersamanya. Ada Sube--si Jerman-Makassar yang melankolis, Bev--Natalie Portman-nya IKJ, dan Andre--si Goggle Biru yang pendiam dan tidak pernah berekspresi. Mereka bertiga sering nongkrong di Warungku--nama warung favorit mereka di kampus--sambil membicarakan tentang tugas kuliah dan lain-lainnya.

Rayyi sendiri memiliki sifat yang sangat kompetitif. Dia mudah diprovokasi kalau sudah menyangkut soal karya dan film dokumenter. Makanya, saat karyanya tidak terpilih sebagai pemenang Festival Film Dokumenter yang diadakan Greenpeace, dia sangat kecewa, bahkan menghampiri putus asa. Dalam pikirannya, "siapa sih yang lebih baik dari aku dalam bidang film dokumenter?". Nah, bertemulah ia dengan Haru Enomoto--mahasiswi studibanding dari Tokyo Zokei University--yang karyanya lolos dan otomatis telah mengalahkan Rayyi.

Awal bertemu Haru, Rayyi langsung menjulukinya sebagai boneka kokeshi karena wajahnya yang bulat dan tubuhnya yang mungil--seperti anak SMA. Rayyi sama sekali tidak menyangka film dokumenter karya tangan kecil si Kepala Angin itu yang menceritakan tentang bunga sakura, mengalahkan film brilian miliknya. Rayyi berkali-kali mengkritik film itu, baik dari segi gambar yang tidak jernih, sampai tingkat warna videonya yang berubah-ubah. Meski awalnya kesal, tapi nyatanya, Rayyi hanya berani "di belakang". Di hadapan Kurcaci Nippon itu, Rayyi sering kali gugup dan mendadak bersikap sopan. Berbagai kejadian yang mereka alami bersama, tiap harinya, membuat mereka semakin akrab. Dan tanpa disadarinya, Rayyi "kecanduan" Haru. Bahkan Rayyi menjadikan Haru sebagai objek filmnya--dan film itu sukses mendapat pujian dari Samuel Hardi--sineas film dokumenter terbaik Asia.

Secara keseluruhan, novel ini menceritakan tentang hubungan keluarga ayah dan anak, bagaimana mimpi keduanya saling beradu dan tidak sejalan. Di samping itu Montase juga dibumbuhi kisah cinta yang "manis" antara Rayyi dan Haru.

Banyak hal yang membuat aku sangat suka, hontouni suki, sama novel ini.

Pertama, sampulnya. Simple tapi memikat. Aku suka gambar sketsa hitam putih. Unik.
Kedua, sub temanya yang bercerita tentang film. Teman-teman SMAku paling tahulah kalau saat SMA dulu aku tergila-gila banget pengen jadi sutradara, bahkan sampai berniat untuk melanjutkan kuliah di IKJ (tapi ini sebelum aku baca Montase loh ya). Dan membaca Montase membuat keinginan itu terbayang lagi. Karena Montase tuh isinya "film banget"! Aku tahu kak Windry pun suka film, tapi aku nggak nyangka bisa setotal ini dalam membuat novel yang bercerita tentang film--khususnya orang-orang yang berada di belakang layar. Banyak ilmu baru yang kudapatkan setelah membaca novel ini. Aaa! Hontouni suki desu! <3
Ketiga, sub temanya yang mengangkat pertentangan antara mimpi anak dan orangtua. Ini "gue banget"! DULUNYA. Rayyi, sebagai anak, merasa sangat terpaksa mengambil Peminatan yang sama sekali tidak sejalan dengan pikirannya. Dan, novel ini menjelaskan, bahwa untuk membuat mimpi yang dipandang sepele oleh orangtua kita itu terwujud, kita perlu melakukan pengorbanan, dan kita harus membuktikan ke mereka--orangtua--bahwa jalan itu tuh bener-bener jalan kita, passion kita, yang membuat kita lebih bersemangat dan hidup.
Keempat, settingnya. Kampus IKJ dan Negeri Sakura. Itu dua tempat yang sangat ingin aku kunjungi. Apalagi novel ini sampai menceritakan tentang perpustakaan IKJ yang berisik akan derai tawa dan perbincangan pengunjung, ada bantal untuk tiduran, komputer yang berjejer untuk digunakan menonton film ataupun mengedit film, bahkan alunan musiknya kencang dan nge-rock abis, haha. Kacau ya? Beda bangat sama perpus biasanya yang hening, mendehem dikit aja udah kayak pake toa xD

Typonya nggak ada (seingatku ya, karena udah lama baca, dari tahun 2013 kemaren haha), ceritanya keren, alurnya ngalir dan asik, candaannya renyah dan bikin senyum-senyum sendiri, bahkan ngakak, aku kasih 4,5 bintang buat Montase!! Uhuyy! :D

Keren banget kan? Hohoho.. Windry Ramadhina gituloh :3
Bytheway, berkat Montase, aku jadi kecanduan sama novel-novel karya mbak Windry loh! Sampai saat ini baru punya tiga, Montase, London, dan Memori. Masih nabung lagi buat beli Orange, Metroplis, Interlude. 
Salam tumpukan buku! Ciao~

Comments