Tired

dia lelah. aku bisa melihat beban yang dia bawa di pundaknya setiap hari. memang tidak mudah menjalani kehidupan yang tidak sesuai rencanamu. dia pun demikian. semenjak masuk kuliah lagi--ngomong-ngomong baru tiga hari dia kuliah--dia selalu ingin melarikan diri dari apapun yang terkait dengan perkuliahannya. dia ingat ada banyak tugas yang menantinya. dia tahu dia tidak bisa mengandalkan waktu weekend untuk mengerjakan semua tugas itu karena dia sudah berjanji akan ikut makrab kelasnya weekend ini. dia tahu dia harus mengerjakan semua tugas itu hari ini atau besok. apalagi temannya yang super rajin sudah mulai menerornya, ingin menyocokkan jawaban. apa yang mau dicocokkan? dia saja belum menyentuk bindernya sedetikpun. sejak pulang kuliah hingga sekarang, dia hanya sibuk bolak-balik blog dan folder tulisannya, sibuk mengagumi dan merindukan dirinya yang dulu.

aku tahu dia bergumul lagi dengan perasaannya itu. dia mengaku suka aksara, dia mengamini bakatnya di bidang sastra. tapi belakangan ini dia dirundung keraguan. dia tidak yakin apakah masih bisa mencurahkan ide-idenya dalam kata demi kata. apakah kalimat yang ditulis tangannya masih dapat membuat tokoh dalam imajinya hidup? dia ragu.
karena keraguan itu, dia jadi tidak percaya diri soal masa depannya. dia tidak menguasai apapun kecuali menulis. tapi, perlahan-lahan dia merasa bakat itu memudar. dia tidak lagi pandai merangkai kata. dia bahkan tidak dapat menyelesaikan satu cerpen pun dua tahun belakangan ini.

apa yang akan terjadi pada hidupnya? apa dia akan berakhir tanpa menjadi apa-apa?

mungkin otaknya memang lumayan kerdil. dia bahkan selalu pusing dan merasa ubun-ubunnya mau pecah setiap selesai belajar kalkulus. dia sangat lamban di kelas matriks dan ruang vektor. dia hanya sanggup menguap dan menguap di tengah-tengah penjelasan dosennya tentang machine learning. setiap hari dia bangun dan mengeluhkan dirinya yang harus kuliah lagi, berjuang untuk entah apa. padahal keinginannya hanya satu; dia ingin fokus menulis. dia ingin berkarya, ingin bercerita. tapi ibunya bilang kegiatan itu tidak menghasilkan uang yang banyak. dia tidak bisa hidup hanya dari bercerita. dia berkuliah 5 tahun untuk mendapatkan gelar S1. dan hampir di setiap harinya dia bertanya pada diri sendiri, akan jadi apa dia nanti? adakah perusahaan yang akan mempekerjakan orang sepertinya? yang lulusan informatika tapi begitu lambat membuat kodingan?

dia merasa hilang.

dia tidak bisa menemukan dirinya sendiri.

dia bahkan lupa,

kapan terakhir kali lubuk hatinya tersenyum ikhlas.

photo credit: healthline

Comments