![]() |
Photo by Gabrielle Henderson on Unsplash |
Hal-hal yang saya dapatkan saat mengikuti live IG Nulisbuku bersama Mbak Jia Effendie.
- Setiap karya pasti ada yang suka, dan ada juga yang nggak suka. Itu adalah suatu kepastian. So, ngapain khawatir karyamu bakal ada/banyak yang nggak suka? Toh itu hal yang wajar terjadi pada setiap karya.
- Jangan khawatirkan sesuatu yang belum terjadi.
- Riset itu penting, tapi tetap utamakan target utama kita saat mulai menuliskan cerita; menyelesaikan ceritanya dan menyampaikan pesan cerita.
- Pentingnya outline/konsep: biar tau novelnya mau seperti apa? Arahnya ke mana? Kira-kira bakal riset apa aja? Plotnya gimana?
- Menulis itu harus berani. Nggak apa-apa lama asal selesai. Slow but sure.
- Dahulukan menulis cerita yang disukai daripada mengikuti pasar. Tulislah untuk diri sendiri. Ikut idealisme.
- Gimana caranya biar konsisten nulis? Bikin jadwal.
- Setelah first draft (yang katanya first draft is always a trash/sh*t), terus harus rombak habis-habisan karena ada ide lain yang sekiranya lebih bagus, itu adalah PROSES YANG WAJAR BANGET. Bahkan penulis pro pun masih mengalaminya. Jadi jangan males atau insekyur duluan hanya karena harus merombak hampir 100% naskah first draftmu!
- Beli buku TESAMOKO: buku sinonim, covernya lamanya biru, kalau yang paling baru cover merah.
- Dinamika kalimat (rima kalimat) >> rimakata.com
- KONFLIK: cukup besar untuk mengubah hidup MC (main character). Sangkutkan dengan hidup dan matinya, atau letakkan kebahagiaan MC yang jadi taruhannya.
- Tokoh-tokohnya dikasih cobaan (konflik) dan subkonflik sampai ke tokoh-tokoh pendukungnya juga. Beri mereka cobaan (konflik) dan subkonflik sendiri namun tetap benang merahnya ke tokoh utama.
- Mau nulis thriller? Mending yang domestic noir; tidak melibatkan polisi, psikiater, dll., yang risetnya bisa terlalu rumit.
- Outline isinya apa aja? Konflik tiap bab + adegan-adegannya.
- Pengaman pribadi ingin dijadikan cerita tapi nggak mau terkesan kayak nulis diari. How? Tulis fragmen-fragmen di kehidupan pribadimu itu, bungkus biar jadi fiksi. Bungkusnya gimana? Tambahkan hal-hal yang tidak mungkin terjadi di real life mu. Muahahahha
- "oh iya ternyata begini" >> readers after read our story.
- Tiga unsur yang sebaiknya ada pada tokoh cerita: unsur psikologis (ketakutan, trauma, dll.), unsur fisik, dan unsur sosiologis (punya temen kek mana?).
- Cara membuat dialog agar tidak satu suara: pahami usia, latar belakang, tingkat pendidikan dari si tokoh yang lagi ngomong. Cara dia berpikir, nyusun kalimat, pemilihan diksinya, pasti beda antara anak kecil, remaja, dan orangtua. Begitupula dengan latar belakang, tingkat pendidikannya, juga ikut berperan membentuk dialognya. Saran: "banyak dengarkan sekitar".
Closing statement dari Mbak Jia:
Terima komentar yang membuatmu berkembang.
Comments
Post a Comment